Hidup itu sederhana.
Tujuan kita di dunia ini pun
sederhana: Untuk mensyukuri nikmat Tuhan, hidup selurus-lurusnya, menyebarkan
kebaikan, menahan diri dari luapan-luapan nafsu, dan mempersiapkan hidup
setelah mati. Sederhana.
Tapi kenapa kita, atau mungkin
saya, pada sebagian besar hidup ini justru lebih suka membuatnya terasa sulit? Saya gunakan kata ‘terasa’,
karena tingkat kesulitan itu a matter of
perspective. Saya juga sedang mempersulit pembaca yang budiman dengan
menggunakan bahasa campur-campur seperti ini. Tapi saya suka, dan sepertinya
saya tidak bisa tidak untuk tidak mempersulit diri saya sendiri. (… see?)
Kebanyakan dari kita lebih suka
merumitkan gaya bahasa, membelit-belitkan proses kerja, mencemplungkan diri ke
keadaan yang ‘tampak’ rumit, mengatakan ‘ya’ pada hubungan yang complicated, dimana sesungguhnya kita bisa mengambil pilihan yang lebih sederhana, lebih enteng dan less-stresfull.
Kenapa? Nah, kenapa ya?
Jawabannya sederhana. Karena kita percaya bahwa kerumitan bukanlah pilihan.
0 comments:
Posting Komentar