Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

/ 23 Juli 2013 /

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin by Tere Liye

My rating: 4 of 5 stars



Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin"Entah apa sebabnya, tiba-tiba aku ingin menikmati sepotong kenangan itu. Menikmati sejenak saat aku berhenti dan mengamati kehidupan orang lain. Kehidupan jalanan yang sudah senyap. Kehidupan kota yang beranjak tidur. Terpekur di atas jembatan penyebrangan itu. Menatap lampu lalu lintas yang terus bergantian menyala: merah, hijau, merah, dan seterusnya. Tidak lelah." (hal 220, par 4)

Indah. Memukau.
Itulah kesan yang saya dapat dari membaca buku ini. Indah dalam kejujuran penuturannya, memukau dalam pilihan sudut pandangnya, dalam alur maju-mundur yang dijahit sempurna.

Luar biasa.
Yang membuat saya terpana bukan jalur ceritanya (karena sebenarnya tidak memunculkan sesuatu yang 'wow'), tapi lebih kepada konteks novel ini. Sang penulis adalah laki-laki, tapi ia telah sempurna membuat saya manggut-manggut mengidentifikasi diri dengan tokoh utama perempuan. Saya bisa relate dengan semua kegundahan dan emosi si tokoh. Saya sampai berteriak kaget saat saya googling dan ternyata dia laki-laki! (Maklum, saya baru di dunia pernovelan Indonesia).

Nah, saya kita Tere Liye itu penulis jenius. Tidak ada kata lain yang bisa menjelaskannya. Jenius. Jadi jika kamu mencari buku untuk mempelajari gaya penulisan yang jenius (maju-mundur dengan apik), kamu bisa ambil buku ini.

Dan satu lagi, saya ganjar buku ini dengan rating 4. Bukan 5, karena beberapa dialog terkesan redundan, dan jika kamu skip kamu ngga akan kehilangan banyak.

Oke, jadi apa sih sebetulnya kisah yang ditawarkan Novel ini? Mari kita tengok!

Kisah ini tentang Tania, seorang gadis pintar yang yatim. Bersama adiknya, Dede, yang jauh lebih muda, mereka menjadi pengamen di Ibu Kota. Tania seharusnya kelas 4, tapi karena kematian ayahnya yang tiba-tiba, dan kesehatan ibu mereka yang menurun, dia terpaksa meninggalkan bangku sekolah selama 3 tahun, untuk membantu ibunya berobat.

Mereka bertiga hidup dalam kekumuhan dan kemiskinan. Sampai suatu waktu, seorang Malaikat dalam bentuk laki-laki bernama Damar, hadir dalam hidup mereka. Damar mengasihi Tania dan Dede, dan dengan lembut namun tegas, terus berupaya meningkatkan harkat hidup keluarga mereka. Damar menganggap Ibu (yang hanya disebutkan sebagai inisial "WH") sebagai ibunya sendiri, dan dua anak ingusan itu sebagai adiknya.

Kisah terjalin seperti lazimnya drama. Ibu WH jatuh sakit dan akhirnya meninggal, setelah sebelumnya sempat mencicipi bahagia dan membuat usaha. Tania dalam kepedihan terpaksa pergi ke Singapura untuk meneruskan SMP. Dalam impuls-impuls otak remajanya, rupanya Tania jatuh cinta pada Damar, mengidolakannya, memujanya, dan tak pernah berhenti bahkan hingga Damar menikah.

Konflik yang parah dimulai ketika Damar dan Ratna (kekasihnya) menikah (dimana Tania menolak hadir), yang membuat Tania menjadi semakin apatis dengan standar etika (standar ganda, remaja problematis) dan standar sosial yang diharapkan dari seorang gadis cantik. Hingga akhirnya anti-klimaks, saat Tania dan Damar akhirnya bertemu muka, dimana Tania dapat mengeluarkan segenap rahasia dalam jiwanya secara langsung dan berdamai dengan dirinya sendiri.

Nah, kisahnya memang datar saja seperti itu. Bukan Hollywood-style yang happy-ever-after. Ini adalah kisah hidup yang memang pahit tapi perlu.

Setiap kisah harus memiliki akhir. Akhir yang bagaimanapun yang terjadi nantinya, tugas kita adalah berani mempertanyakan. (#jlebh)


@dinarkarani

View all my reviews

2 comments:

{ Unknown } on: 17 Agustus 2013 pukul 23.24 mengatakan...

Danar..

Bacanya aja senyam-senyum sendiri :D

{ Ummu Attariq } on: 21 Agustus 2013 pukul 09.15 mengatakan...

@ Dzia Zahra, thank you for visiting my blog!
Dzia udah baca buku lainnya Tere Liye belum? Aku penasaran sama Negeri Para Bedebah, tapi belum berani beli. Dirimu udah baca?

Posting Komentar

Follow Me

blogger widget

Temanku

Popular Posts

Blog Hits

 
Copyright © 2010 Dinar Karani, All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger