Crazzy Little Thing That I Misses

/ 12 Juli 2012 /

Saat terakhir kali saya menulis di blog ini, saya yakin saya sedang penuh kegalauan karena upcoming wedding yang masih sebulan kedepan. Ck-ck-ck. Kalau saya pikir-pikir lagi, sekarang saya malah heran. Kenapa ya pernikahan itu mesti membikin galau? Kambing hitam yang popular pastilah ‘tekanan untuk mendapatkan momen yang sempurna’. Tapi menurut saya sih akar masalahnya adalah ‘ketidak-mampuan untuk menyadari realita’. Hah? Gila maksud lo?

Yaa hampir mirip, karena kesibukan menjelang pernikahan justru membuat saya melupakan hal yang paling penting: Mengapa saya menikah (Menikah = Cinta = Cowok idaman saya, helloo??)

Bukti dari pernyataan ini adalah: Sehari sebelum pesta, saya malah terpekur bertanya-tanya kenapa perias belum juga menghubungi saya. Yang saya khawatirkan adalah gimana kalau koordinasi-nya acak-acakan. Malam harinya saya sulit memejamkan mata karena deg-degan dan sibuk merancang penampilan saya besok. Serius, saya betul-betul mikir begitu. Saya bukannya mikir “Buset, besok saya menikah dengan pria pujaan hati! I love him, I love him!” tapi malah: “Buset, besok saya menikah, omigod-omigod, harus cepet-cepet tidur supaya muka ga kuyu!” Kalau dipikir-pikir sekarang kelihatan banget tulul-nya.



In fact, saya baru tersadar bahwa saya bener-bener sedang menikahi seseorang setelah buku nikah ditanda-tangani dan suami saya mencium kening saya. Bledhar..! Saat itu saya disoriented, rada terkaget-kaget. “Eh, dia beneran suami saya ya sekarang…? Sudah sah dan meyakinkan secara hukum…?” Daaaan, luar biasanya lagi, saya baru bener-bener sadar bahwa pernikahan itu TENTANG KITA justru setelah kami berduaan di kamar. *blush*
Saat saya sadar dia suami saya...


Nah, saya kira saya sudah memetik pelajaran dari pengalaman itu. Ternyata saya keliru. 
Dua bulan kemudian saya hamil. Dan bisa ditebak, saya meluncur lagi ke pola yang sama: kebingungan menyadari realita. :D Alih-alih berbahagia dan mensyukuri apa yang sedang tumbuh dalam rahim, saya justru jumpalitan ga karuan karena stress (tentu ga benar-benar jumpalitan, itu hanya kiasan, hehe). Stress tentang apa coba?

Yak, benar sekali: Stres tentang masa depan, tentang perkembangan janin, tentang apakah akan jadi ibu yang baik, tentang kapan mengambil cuti, tentang apakah harus resign setelah melahirkan, tentang seeemuuanya. Fiuh.. untungnya gejala kegilaan itu bersifat sementara. Bawaan hamil? Ah, itu sih alibi. :D


Jadi, moral of this story is: Dalam situasi apapun, berusahalah untuk tetap melihat ke intinya. Fokus pada reason-nya, syukuri dan nikmati perjalanannya.
Only then, you’ll be alright. ;)  

-Dinar Karani-

0 comments:

Posting Komentar

Follow Me

blogger widget

Temanku

Popular Posts

Blog Hits

 
Copyright © 2010 Dinar Karani, All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger