Daun Berayun dalam Hening

/ 13 Oktober 2011 /

“Setiap pagi di Benua Afrika, seekor Kijang bangun tidur untuk mencari makan & ia tahu harus berlari lebih cepat dari Singa, karena jika tidak maka ia akan mati dimakan Singa. Dan setiap pagi pula seekor Singa bangun tidur dan harus berlari lebih cepat dari Kijang atau ia akan mati kelaparan.

Dalam hidup ini kita harus berpacu dengan waktu. Tak peduli apakah kita Singa atau Kijang yang penting kala matahari terbit, kita harus berlari cepat untuk menjemput rizqi, yang telah disediakan Allah SWT. Oleh karena itu, JANGAN MALAS...!!!

DISIPLIN adalah melakukan sesuatu dengan semangat baja, walaupun sebenarnya kita enggan 'tuk melakukannya. Kualitas inilah yang memisahkan diri kita dari kelompok orang-orang gagal. Bak kata pepatah, burung penguin akan berkelompok dengan burung penguin, demikian pula burung dara akan berkelompok dengan burung dara yang sejenis. Orang sukses pasti suka berkawan dengan orang sukses, dan sebaliknya pemalas akan berkelompok dengan pemalas.

Masalah terbesar didunia ini adalah orang paling suka menunda tugas pekerjaan yang semestinya bisa ia kerjakan hari ini. Dan hampir sebagian besar kegagalan disebabkan oleh masalah penundaan. Sebuah renungan yang pantas kita sadari bersama"


Begitu bunyi postingan rekan kerja yang saya baca kemarin pagi. Postingan ini bertujuan untuk menggugah semangat rekan-rekan dalam bekerja, agar kita tidak malas dan berusaha sebaik mungkin dalam setiap kesempatan. Dan itu baik. Namun, bertolak belakang dengan pesan moral dalam kisah di atas, saya terpaksa menunda untuk setuju sepenuhnya. Bukan, bukan berarti saya tidak setuju bahwa penundaan itu buruk. Saya sangat setuju. Yang saya tunda adalah persetujuan dengan gagasan bahwa ‘Hidup adalah arena pacu antara kita dan waktu’.

Apakah kita benar-benar berpacu dengan waktu? Ataukah kita berpacu melawan diri kita sendiri serta kebutuhan-kebutuhan superfisial?

Ada satu hal tentang waktu yang baru kusadari setelah membaca kisah di atas. Seumur hidup, masyarakat menuntut kita untuk selalu terburu-buru. Menikmati waktu  'luang' adalah ‘dosa’ dalam sebagian besar kamus kita. Kita selalu terburu-buru bangun, terburu-buru mengemudi, terburu-buru  melakukan hal lain saat kita sedang melakukan sesuatu, terburu-buru ingin weekend saat masih week days, dan terburu-buru ingin mendapatkan sesuatu saat kita belum mampu.

Kita banyak berlari, kebutuhan spiritual terabaikan, bahkan untuk makan dengan nyaman pun kita ‘tak punya waktu lagi’. Tak heran kita selalu lelah...

Menikmati Waktu Sebagaimana Adanya

Picture Apakah kita bisa mempercepat waktu? Kurasa tidak, tapi kita bisa mengabaikannya jadi waktu terasa berlalu lebih cepat. Bisakah kita mengulang waktu? Kurasa tidak, tapi kita bisa mengulang-ngulang kejadian yang telah lewat di kepala kita sementara waktu yang sedang kita alami bergerak menjadi masa lalu.

Apapun yang kita pilih diantara dua hal itu, kita salah.

Setiap saat sedetik Waktu yang baru lahir ke dunia. Setiap tarikan nafas. Setiap hembusan nafas, Waktu yang barusan lahir telah berakhir. Untuk apa mengingat-ngingat yang telah terjadi, atau mengharap-harap yang belum pasti?

Seperti yang dikatakan Einstein, Waktu adalah relatif.  Tapi kurasa bukan maksud Einstein untuk mengatakan bahwa 'Waktu adalah Uang', seperti yang diyakini oleh sebagian besar orang. Kurasa  yang ingin disampaikan oleh Einstein adalah: "Waktu sangat Berharga, ya, maka jika sesuatu layak untuk dilakukan, ia layak dilakukan dengan sebaik-baiknya".

Lupakan produktivitas, fokuslah pada satu hal dan lakukan dengan sebaik-mungkin, dengan Cinta. Kita tidak sedang berpacu melawan waktu. Kita sedang berpacu dengan harapan dan mimpi-mimpi kita, dengan kekurangan-kekurangan yang kita persepsi sendiri. Kita hidup dengan terburu-buru atau mundur melalui memori. Kemudian waktu terasa sempit, terasa menyesakkan, terasa tidak membebaskan.

Sesungguhnya orang-orang yang rugi adalah mereka yang tidak menikmati apa yang mereka lakukan dalam waktu yang sesaat itu.

Nikmatilah Waktu Apa Adanya.. Waktu yang mengada dalam tiap hela nafas, tiap denyut nadi... Nikmati saat demi saat, dan jadilah bahagia karenanya. Nikmati aktivitas yang kita lakukan, dan syukuri ia dengan seluruh darah dalam nadi.

Bernafaslah lebih banyak, lebih sering.
Beristirahatlah lebih tenang, tanpa banyak rencana.

Ingat, kita tidak sedang berlomba untuk mencapai garis akhir. :)

0 comments:

Posting Komentar

Follow Me

blogger widget

Temanku

Popular Posts

Blog Hits

 
Copyright © 2010 Dinar Karani, All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger